https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/issue/feed Jurnal Pacta Sunt Servanda 2025-10-13T21:31:09+08:00 Si Ngurah Ardhya, S.H., M.H. si12ngurah12ardhya_undiksha@gmail.com Open Journal Systems <p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal Pacta Sunt Servanda (JPSS) </strong>dengan <strong>E-ISSN : 2807-632X</strong> merupakan media ilmiah yang mewadahi publikasi hasil penelitian, kajian, dan pemikiran kritis di bidang hukum dari para akademisi, praktisi, peneliti, maupun mahasiswa.</p> <p>Jurnal ini terbit secara berkala [dua kali setahun : <strong>Maret dan September</strong>]. JPSS menerima naskah dalam berbagai cabang hukum, termasuk namun tidak terbatas pada Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Tata Negara, Hukum Internasional, dan Hukum Administrasi Negara serta topik-topik lainnya yang relevan dengan bidang hukum terkini.</p> <p>Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JPSS sudah melalui proses review oleh tim redaksi.</p> https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5534 STRICT LIABILITY ATAS KERUGIAN KONSUMEN SULAM ALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERBANDINGAN INDONESIA DAN BELANDA 2025-10-13T21:31:09+08:00 Ni Komang Tia Purnama Sari tia.purnama@undiksha.ac.id Si Ngurah Ardhya ngurah.ardhya@undiksha.ac.id I Gusti Ayu Apsari Hadi apsari.hadi@undiksha.ac.id <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tanggung jawab atas kerugian konsumen jasa sulam alis di Indonesia serta membandingkan penerapan prinsip <em>strict liability</em> antara sistem hukum Indonesia dan Belanda. Penelitian ini menggunakan metode hukum normatif melalui pendekatan perundang-undangan, kasus, dan perbandingan. Dalam analisanya, penelitian ini menggunakan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier sebagai landasan.&nbsp; Temuan penelitian menunjukkan bahwa Indonesia menerapkan <em>semi strict liability</em> di mana pelaku usaha masih dapat menghindari tanggung jawab melalui pembuktian sesuai ketentuan sesuai Pasal 19 ayat (5), Pasal 22, dan Pasal 27 UUPK. Sebaliknya, Belanda menerapkan <em>strict liability</em> secara mutlak di mana produsen langsung dianggap bertanggung jawab atas kerugian konsumen tanpa memerlukan pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 190 NBW hingga Pasal 193a NBW. Hal ini menciptakan perlindungan hukum yang lebih tegas bagi konsumen di Belanda dibandingkan dengan Indonesia.</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5535 EFEKTIVITAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DALAM SATUAN PENDIDIKAN OLEH TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI SINGARAJA 2025-10-13T21:31:05+08:00 Kadek Yopi Sri Wahyuni yopisriwahyuni2001@gmail.com Ni Putu Rai Yuliartini raiyuliartini@undiksha.ac.id Dewa Gede Sudika Mangku sudika.mangku@undiksha.ac.id <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mengkaji efektivitas produk hukum yakni Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 khususnya pasal 25 ayat (2) terkait fungsi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) untuk menangani dan mencegah segala bentuk kekerasan seksual untuk terjadi dalam lingkungan satuan pendidikan. Kekaburan norma yang terjadi dalam Pasal 25 ayat (2) Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 menyebabkan penanganan yang dilaksanakan oleh TPPK khususnya di Singaraja menjadi belum optimal. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris. Sesuai dengan jenis penelitian, maka penelitian ini bersifat deskriptif untuk menggambarkan situasi yang tengah diteliti berdasarkan temuan di lapangan. Data yang dibutuhkan, dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen yang kemudian dianalisis secara kualitatif dengan tahapan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa TPPK belum berjalan secara optimal untuk mengimplementasikan pasal 25 ayat (2) Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 dikarenakan Fasilitas yang kurang memadai untuk TPPK menjalankan tugas dan Sumber Daya Manusia (SDM) atau dalam konteks ini adalah para guru dan siswa dimana kurangnya pengetahuan untuk langkah yang diambil dalam mengatasi suatu kekerasan yang terjadi, selain itu nama baik satuan pendidikan juga harus dijaga karena apabila suatu kekerasan terjadi khususnya kekerasan seksual, hal tersebut akan mencoreng nama baik sekolah.</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5536 KEDUDUKAN HUKUM AKTA RISALAH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) TELEKONFERENSI TERHADAP KEHADIRAN PEMEGANG SAHAM DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA 2025-10-13T21:31:02+08:00 Komang Trisma Berlianthi Astary trisma@undiksha.ac.id Komang Febrinayanti Dantes febrinayanti.dantes@undiksha.ac.id I Gusti Ayu Apsari Hadi apsari.hadi@undiksha.ac.id <table width="567"> <tbody> <tr> <td width="387"> <p>Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kedudukan hukum Akta Risalah RUPS Telekonferensi terhadap kehadiran pemegang saham serta (2) keabsahan pembuktian tanda tangan elektronik dari Akta Risalah RUPS yang dilaksanakan melalui telekonferensi menurut UU ITE. Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif. Dalam jenis pendekatan, digunakan pendekatan perundang-undangan (<em>statute approach</em>) serta pendekatan kasus (<em>case approach</em>). Sumber bahan hukum dibagi menjadi tiga kategori: bahan primer, sekunder, tersier. Teknik analisis bahan hukum yang diterapkan bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa (1) Berdasarkan UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan POJK No. 16/2020, akta risalah RUPS melalui telekonferensi sah dan mengikat jika memenuhi persyaratan formal serta materiil. Namun, UUJN No. 2/2014 pasal 16 ayat (1) huruf m belum mengatur pembacaan dan penandatanganan elektronik, sehingga menimbulkan kekosongan regulasi. Hal ini disebabkan belum adanya ketentuan tegas terkait mekanisme elektronik. Dengan demikian, keabsahan akta telekonferensi bergantung pada pemenuhan seluruh syarat formil; kegagalan memenuhi satu saja menjadikannya cacat formil dan hanya bernilai sebagai akta di bawah tangan; (2) Berdasarkan ketentuan hukum positif, risalah RUPS yang hanya ditandatangani elektronik belum berstatus akta autentik karena UU ITE Pasal 5 ayat (4) huruf a dan b mengecualikan dokumen elektronik dari kategori akta otentik. Risalah telekonferensi bermaterai dan bersignature elektronik berstatus akta di bawah tangan. Meskipun konsep notaris <em>siber</em> menggabungkan sertifikasi digital dan tanda tangan elektronik berbasis <em>Certificate Authority</em> menawarkan pembuatan akta virtual, kewajiban kehadiran fisik notaris, pembuat akta, dan saksi menghambatnya. Untuk memperoleh keautentikan, risalah RUPS telekonferensi harus memenuhi persyaratan UU Jabatan Notaris.</p> <p><strong><em>&nbsp;</em></strong></p> </td> </tr> </tbody> </table> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5537 PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA KESUSASTRAAN BERUPA NASKAH CERITA YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUKSI SEBUAH FILM TANPA LISENSI (PERBANDINGAN HUKUM INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT) 2025-10-13T21:30:58+08:00 Muhammad Reza Saputra reza.saputra@undiksha.ac.id Si Ngurah Ardhya ngurah.ardhya@undiksha.ac.id Ratna Artha Windari ratnawindari@undiksha.ac.id <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap naskah cerita sebagai karya cipta yang digunakan dalam produksi film tanpa lisensi, dengan pendekatan perbandingan antara sistem hukum Indonesia dan Amerika Serikat. Kasus film <em>Soekarno</em> dan grup <em>Warkopi</em> menunjukkan lemahnya penegakan hak cipta di Indonesia meskipun telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan studi kasus. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem hukum Amerika Serikat melalui <em>Copyright Act</em> dan doktrin <em>fair use</em> memberikan perlindungan yang lebih efektif dan berpihak pada pencipta. Oleh karena itu, diperlukan penguatan regulasi dan penegakan hukum hak cipta di Indonesia, khususnya terhadap naskah film sebagai bagian dari karya sastra.</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5544 HUKUMAN MATI DAN HAK ASASI MANUSIA: DILEMA DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA 2025-10-13T21:30:55+08:00 Ayu Dewi Rachmawati ayu.dewi.rachmawati@undiksha.ac.id Komang Febrinayanti Dantes febrinayanti.dantes@undiksha.ac.id Ni Ketut Sari Adnyani sari.adnyani@undiksha.ac.id <p>Sebagai negara hukum, Indonesia tentunya memiliki sistem pemidanaan untuk sebagai bentuk penyelesaian hukum. Pemidanaan diartikan sebagai proses penghukuman. Sehingga mengenal sistem pemidanaa. Bentuk pemidanaan merupakan aturan perundang-undangan yang terkait dengan hukuman pidana dan pemidanaan. Dalam pemidanaan dikenal bentuk-bentuk pidana, seperti pidana penjara, pidana mati, dan pidana denda. Pidana mati menjadi salah satu hukuman bagi tindak kejahatan atau tindakan kriminal di Indonesia. Pidana mati menjadi salah satu bentuk hukum positif yang menjadi salah satu pidana pokok. Beberapa tindak kejahatan yang dapat dikenakan hukuman mati adalah tindak pidana kelas berat seperti narkotika, terorisme, korupsi, pemerkosaan, pembunuhan hingga tindakan yang mengancam keamanan negara. Namun pada kenyataanya pidana mati ternyata melanggar penerapan hak asasi manusia karena merenggut hak untuk hidup. Sesungguhnya, hak untuk hidup sebagai hak dasar tidak dapat dihapuskan maupun direnggut atas dasar dan alasan apapun, dan seberat apapun kesalahan yang telah dilakukan oleh individu, baik oleh individu lain bahkan negara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif yuridis dengan menggunakan pendekatan deskriptif</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5545 PEMEGANG HAK CIPTA ATAS KARYA CIPTA MUSIK YANG DIHASILKAN TERKNOLOGI ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) DALAM PERSPEKTIF PERBANDINGAN ANTARA INDONESIA DENGAN AMERIKA SERIKAT DAN INGGRIS 2025-10-13T21:30:52+08:00 Ni Komang Ayu Purnia Dewi ayu.purnia@undiksha.ac.id Si Ngurah Ardhya ngurah.ardhya@undiksha.ac.id Ratna Artha Windari ratnawindari@undiksha.ac.id <p>Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaturan serta pemegang hak cipta atas karya cipta musik yang dihasilkan teknologi <em>Artificial Intelligence</em> (AI) dalam perspektif perbandingan antara Indonesia, Amerika Serikat, dan Inggris. Jenis penelitian dengan menggunakan penelitian hukum normatif yang sifatnya deskriptif. Sumber data penelitian ini yakni sumber data sekunder, terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, serta tersier. Data ini diperoleh dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa pengaturan karya musik oleh <em>Artificial Intelligence </em>(AI) tidak diatur pada hukum hak cipta Indonesia. Tidak secara spesifik diatur oleh Amerika Serikat, namun karya dapat diakui jika pada penciptaannya terdapat kontribusi manusia. Sedangkan Inggris mengakui karya oleh sistem komputer, meski jangka waktu perlindungannya akan lebih singkat,&nbsp; Kemudian, di Indonesia terdapat kekosongan hukum berkaitan dengan pengaturan kepemilikan hak cipta untuk karya yang dibuat <em>Artificial Intelligence </em>(AI), sedangkan Amerika Serikat dan Inggris memiliki pendekatan lebih jelas dengan dokrin “<em>Work Made for Hire”, </em>yaitu memberi hak cipta kepada individu ataupun perusahaan yang menggunakan <em>Artificial Intelligence </em>(AI) ketika menciptakan karya musik.</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5546 ANALISIS YURIDIS KEABSAHAN PENGALIHAN UANG KEMBALIAN DALAM BENTUK LAIN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG 2025-10-13T21:30:49+08:00 Anil Refalzey Siregar anil@undiksha.ac.id Ratna Artha Windari ratnawindari@undiksha.ac.id Si Ngurah Ardhya ngurah.ardhya@undiksha.ac.id <p>Studi ini mengkaji dua aspek krusial terkait penggunaan Rupiah sebagai alat pembayaran sah di Indonesia, sesuai dengan “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Pertama, penelitian ini meneliti esensi kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi pembayaran sebagaimana diatur dalam Pasal 21. Kedua, analisis difokuskan pada validitas penukaran uang kembalian ke dalam bentuk non-Rupiah dalam transaksi pembayaran, juga merujuk pada undang-undang yang sama. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah hukum normatif, memanfaatkan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus”. Untuk menunjang analisis, penelitian ini menggunakan berbagai sumber bahan hukum, meliputi bahan primer, sekunder, dan tersier.</p> <p>&nbsp;</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c) https://semnas-fmipa.undiksha.ac.id/index.php/JPSS/article/view/5547 IMPLEMENTASI PASAL 19 AYAT (1) UNDANG – UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENGGUNAAN KODE STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PALSU DALAM JUAL BELI HELM DI KABUPATEN BULELENG 2025-10-13T21:30:46+08:00 Anak Agung Jelantik Prakasa Dipadana anak.agung.jelantik@undiksha.ac.id Si Ngurah Ardhya ngurah.ardhya@undiksha.ac.id I Gusti Ayu Apsari Hadi apsari.hadi@undiksha.ac.id <p>Penelitianainiabertujuan untuk mengkajiaimplementasi serta faktor-faktor penghambat yang terkait dengan Pasala19 Ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, khususnya terkait penggunaan kode Standar Nasional Indonesia palsu dalam jual beli helm diaKabupaten_Buleleng. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis empiris dengan sifat_deskriptif. Data_yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder, yang mencakup bahan_hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan data meliputiastudi dokumen, aobservasi, danawawancara. Pengambilan_sampel dilakukan dengan metode <em>non probability</em> <em>sampling</em>, menggunakan <em>purposive sampling</em>. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasilaaapenelitian menunjukkan_bahwa terdapat lima pelaku usaha di Kabupaten Buleleng yang masih belum mengetahui tentang Undang-Undang No. 20 Tahun 2014. Selain itu, wawancara dengan pihak DISDAGPERINKOPUKM mengungkapkan bahwa undang-undang tersebut belum dapat diimplementasikan sepenuhnya karena adanya faktor penghambat, seperti keterbatasan alat untuk menguji helm SNI.</p> 2025-09-01T00:00:00+08:00 Copyright (c)